Berpikirlah gagal, maka itulah yang akan kau dapatkan.
Malam ini, baiklah, aku putuskan untuk tak menyentuh sampah kerajaan mimpi kita : RPP, lembar tugas,
laporan pertanggungjawaban, etc. Aku ingin berkisah, tentang dongeng yang kita
sukai saat masih kecil.
Siapa yang pernah mendengar kisah matahari yang mengambek,
bersembunyi di dalam gua, lalu bumi menjadi hujan sepanjang harinya?
Matahari itu adalah kita. Bumi, adalah apa yang kita cintai.
Cahaya menyapa dari luar gua. Suaranya menggema dalam
kegelapan : keluarlah. Keluarlah dari penjara ketakutanmu. Jika kau berpikir
kau tak mampu, maka itulah yang akan kau dapatkan. Dan matahari memberanikan
diri, berpikir bahwa ia mampu mengatasi ketakutannya. Dan itulah yang ia
dapatkan, bersinar sepanjang waktu, dan bumi menari agar semua tubuhnya
tersentuh oleh cahayanya.
***
Tak terasa, kita tak muda lagi. Tapi, aku suka dengan sifat
kita yang selalu membuka pikiran, berimajinasi, bermimpi – selalu muda. Masa
depan adalah milik mereka yang percaya akan mimpi-mimpinya : Walt Disney. Kemarin
ada siswa yang tanya, apakah menyenangkan menjadi tua? Haha, aku tertawa. Di dunia
ini tak ada yang menyenangkan, nak, selama kita tak bisa menikmatinya. Dunia ini
dipenuhi oleh manusia-manusia berpikiran sesempit lubang pantat mereka. Menjadikan
kehidupan terasa membosankan. Tapi, jika aku boleh memilih, aku ingin selalu
muda. Karena saat muda, lebih banyak waktu untuk bersenang-senang dan berkarya.
Tak memikirkan menumpuk harta, kredit rumah, mobil, atau piknik keluar negeri. Atau
barangkali kau memilih hidup profan, menjadi pejuang kehidupan yang memikirkan
hidup manusia-manusia tertakdir buruk. Itu bisa jadi. Bisa saja, karena Tuhan
tak hanya menjalankan satu takdir untuk manusia. Takdir kita bercabang,
sebanyak bintang di langit malam, atau ikan di lautan. Segalanya mungkin.
Banyak siswaku yang bertanya : untuk apa belajar sejarah? Tentu,
mereka menginginkan jawaban sederhana, yang mudah dipahami, dan tak hanya
dihafal seperti mata pelajaran yang rutin keluar saat UTS atau UAS. Belajar sejarah
untuk apa ya....??? adakah jawaban sederhana? Aku memilih jawaban ini : Belajar
sejarah untuk seorang remaja adalah ibarat mengubah ulat menjadi kupu-kupu. Kau
masih ulat, nak. Masih memandang
dunia ini hanya dari matamu. Masih merasakan dunia ini hanya dari apa yang kau
lihat, atau dengar. Dunia tak hanya sebatas perjalananmu ke sekolah. Dunia ini
lebih luas dari itu, atau bahkan tak terbatas, selama kau membuka pikiran dan,
berimajinasi. Tidak ada yang banyak tahu apa manfaat ulat. Seperti tidak adanya
orang-orang yang tahu akan menjadi apa, atau menjadi sebermanfaat apa kau kelak
– setelah belajar sejarah. Mungkin kau akan jadi presiden, menteri, anggota
dewan, atau mungkin kau akan memilih takdir yang lebih rendah dari apa yang
sebenarnya kau mampu raih. Kau masih ulat, karena keseharianmu adalah belajar,
mengerjakan tugas, bermain, pacaran, dan meminta apa saja yang kau inginkan
pada orangtua. Seperti ulat yang terus makan, makan, dan memakan daun, untuk
kelak menjadi kepompong.
Kau tahu pelajaran apa yang kita dapatkan dari kepompong? Itu
adalah fase, satu keadaan yang pasti akan kau alami, ketika dunia terasa begitu
berat atau membebani. Kau tak boleh menjadi keras, saat fase itu datang. Dan kau
juga tak boleh lembek, menyerah, seberat apapun takdir yang kau hadapi. Karena suatu
masalah datang membawa beberapa misi : menguatkan mental, dan melembutkan hati.
Kau harus lebih berani, dengan tetap santun, murah senyum, dan membantu siapa
saja bahkan orang yang paling membencimu. Itu, ku namakan fase kepompong. Kondisi terberat yang akan
menjadikanmu, KUPU-KUPU.
Berpikirlah gagal, maka itulah yang akan kau dapatkan
Berpikirlah kau matahari, maka kau akan bersinar
Berpikirlah kau bintang, maka kau akan tinggi dan menemani
kesunyian malam
Berpikirlah cerah, maka kau akan mewarnai banyak orang
Bermimpi memang menyenangkan
Tapi sebelum bermimpi, kita menghadapi kenyataan
Hidup,
Separah apapun jalan yang kita tempuh
Jangan menyerah,
Tak ada jalan yang terlalu jauh jika kita tak berhenti
melangkah
Dan tak pernah mengeluh
Tak ada mimpi yang terlalu bodoh
Selama itu hanya milikmu, milik kita
Berpikirlah baik, maka kebaikan adalah dirimu
Komentar
Posting Komentar