Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Janji setia

Jika kau memberikan sesuatu yang berharga pada orang lain, sebenarnya kau tak kehilangannya. Kau hanya membagi itu pada orang lain – orang yang dapat terambil janji setianya padamu. Ada siswa yang namanya Afri – panggilannya. Umurnya 10 tahun jalan, dan orangtuanya juga mengakui, bahwa dia – maaf – lemah otak (saya marah kalau ada orang bilang dia idiot). Saya marah, karena dulu saya juga begitu – idiot. Saya pernah satu kali tak naik kelas, sedang enam kakak saya adalah anak-anak pintar. Ayahnya berjualan es keliling. Selain kekurangan dalam hal finansial (ekonomi), saya yakin ayah dan ibu Afri bukan orang yang paham tentang pendidikan, atau, masa depan anak. Seperti orangtua desa pada umumnya – termasuk ibu dan bapak saya dulu, mereka khawatir di masa depan anak mereka akan jadi apa. Tapi mereka tak kuasa dengan apa yang harus dilakukan untuk anak-anaknya.  Mengapa? Rumitnya hidup menjadi orangtua yang tak begitu berkecukupan. Ada yang bilang, yang paling penting pertama ada...

Sahabat

Sahabat sejati itu seperti kesehatan. Nilai yang ada di dalamnya jarang diketahui sampai kita kehilangan itu._Carles Caleb Colton_ Tadi malam telekonfren dengan mereka. Messa ada acara, dia Cuma mengobrol sebentar, lalu henponnya tak bisa dihubungi – mungkin lagi nge-date sama tunangannya (hihi). Cuma Nia yang tadi malam tersambung. Sahabat yang lain mungkin masih sibuk. Malam itu kami berdua bercerita tentang perjuangan hidup. Keren, luar biasa, aku tak menyangka Nia mengerti apa yang ku maksud dengan teruslah bekerja keras – dalam doktrin (abal-abal,hehe) yang sering aku ucapkan. Dia bercerita, mungkin satu bulan lalu, dia dijodoh-jodohkan oleh teman guru yang memiliki anak seusianya. Yang membuat aku berdecak kagum adalah upayanya menjemput jodoh. Ah, aku belum bercerita ya, tentang tangan yang terkepal? Rezeki (jodoh) itu terkadang ibarat mendapatkan pemberian buah-buahan. Tangan yang terkepal, tak akan bisa menerima apa-apa. Tangan yang terkepal, membuat orang ketak...

Warna matang dan pucat

Semalam, ibu cerita tentang seorang tetangga yang akan cerai. Anak tetangga itu, salah satu siswa di sekolahku. Alasannya, si istri yang selalu pulang tengah malam. Ia bekerja sebagai PL / PK (Pemandu Lagu / Karaoke). Sedang suaminya, bapak siswaku itu, buruh bangunan. Anak mereka, dipindahkan dari sekolah sebelumnya. Gurunya sering marah padanya, bahkan pernah melempar penghapus ke wajahnya – katanya. Di sekolahku, tidak ada guru yang suka marah. Bahkan, perkataan jangan buang sampah sembarangan / jangan masuk kantor, atau segala kata negatif aku ganti – dan sampaikan pada para guru – dengan kata-kata positif : buang sampah di tempatnya ya, kamu anak baik, dsb. Waktu anak mereka pindah ke sekolahku, sempat aku berpikir, mungkin doa itu terkabul – diberinya jalan untuk mendekati mereka, karena bisa jadi anak itu yang akan menjadi jalanku untuk memperbaiki watak orangtuanya : yang satu keras, satunya lagi agak malas. Dua orangtua itu agak terasingkan di masyarakat. Pertama jelas, k...

Ajari aku berpuisi

Jika pada mereka saja aku mesra Mengapa pada-Mu aku gunakan kata-kata biasa? Ajari aku berpusi, Agar sapaan itu terasa benar adalah kerinduan dari lubuk hati Kini tak akan ku minta kemudahan lagi Dari beratnya beban hidup yang Kau beri Tapi kan ku minta jalan Dan cukuplah Kau saksikan : kaki kecil ini kan kuat sampai pada tujuan Tak akan ku minta perlindungan-Mu lagi Untuk menjaga kami yang terinjak kaki kejam takdir Karena jiwa, ruh yang telah Kau tiupkan Akan menjadi dinding kuat tempat mereka bersandar Ajari aku berpuisi Agar aku tak hanya lenyap bersama manusia Tapi juga dengan-Mu Yang menjadi awal dan akhir kekuatanku Tak akan ku minta kemurahan-Mu lagi Rasa senang pada dunia ini menumbuhkan kelemahan Aku suka kesenangan Tapi aku lebih senang dengan kekuatan Aku belajar dari bumi yang Kau hamparkan Ia tak marah pada hujan yang membuatnya basah Ia bertahan, pasrah tapi tak menyerah Jika menghendaki pelangi maka haruslah menghadapi hujannya Tak akan ku ...

Dreams

Berpikirlah gagal, maka itulah yang akan kau dapatkan. Malam ini, baiklah, aku putuskan untuk tak menyentuh sampah kerajaan mimpi kita : RPP, lembar tugas, laporan pertanggungjawaban, etc. Aku ingin berkisah, tentang dongeng yang kita sukai saat masih kecil. Siapa yang pernah mendengar kisah matahari yang mengambek, bersembunyi di dalam gua, lalu bumi menjadi hujan sepanjang harinya? Matahari itu adalah kita. Bumi, adalah apa yang kita cintai. Cahaya menyapa dari luar gua. Suaranya menggema dalam kegelapan : keluarlah. Keluarlah dari penjara ketakutanmu. Jika kau berpikir kau tak mampu, maka itulah yang akan kau dapatkan. Dan matahari memberanikan diri, berpikir bahwa ia mampu mengatasi ketakutannya. Dan itulah yang ia dapatkan, bersinar sepanjang waktu, dan bumi menari agar semua tubuhnya tersentuh oleh cahayanya. *** Tak terasa, kita tak muda lagi. Tapi, aku suka dengan sifat kita yang selalu membuka pikiran, berimajinasi, bermimpi – selalu muda. Masa depan adala...