Jika kau memberikan sesuatu yang berharga pada orang lain, sebenarnya kau tak kehilangannya. Kau hanya membagi itu pada orang lain – orang yang dapat terambil janji setianya padamu. Ada siswa yang namanya Afri – panggilannya. Umurnya 10 tahun jalan, dan orangtuanya juga mengakui, bahwa dia – maaf – lemah otak (saya marah kalau ada orang bilang dia idiot). Saya marah, karena dulu saya juga begitu – idiot. Saya pernah satu kali tak naik kelas, sedang enam kakak saya adalah anak-anak pintar. Ayahnya berjualan es keliling. Selain kekurangan dalam hal finansial (ekonomi), saya yakin ayah dan ibu Afri bukan orang yang paham tentang pendidikan, atau, masa depan anak. Seperti orangtua desa pada umumnya – termasuk ibu dan bapak saya dulu, mereka khawatir di masa depan anak mereka akan jadi apa. Tapi mereka tak kuasa dengan apa yang harus dilakukan untuk anak-anaknya. Mengapa? Rumitnya hidup menjadi orangtua yang tak begitu berkecukupan. Ada yang bilang, yang paling penting pertama ada...
Sahabat sejati itu seperti kesehatan. Nilai yang ada di dalamnya jarang diketahui sampai kita kehilangan itu._Carles Caleb Colton_ Tadi malam telekonfren dengan mereka. Messa ada acara, dia Cuma mengobrol sebentar, lalu henponnya tak bisa dihubungi – mungkin lagi nge-date sama tunangannya (hihi). Cuma Nia yang tadi malam tersambung. Sahabat yang lain mungkin masih sibuk. Malam itu kami berdua bercerita tentang perjuangan hidup. Keren, luar biasa, aku tak menyangka Nia mengerti apa yang ku maksud dengan teruslah bekerja keras – dalam doktrin (abal-abal,hehe) yang sering aku ucapkan. Dia bercerita, mungkin satu bulan lalu, dia dijodoh-jodohkan oleh teman guru yang memiliki anak seusianya. Yang membuat aku berdecak kagum adalah upayanya menjemput jodoh. Ah, aku belum bercerita ya, tentang tangan yang terkepal? Rezeki (jodoh) itu terkadang ibarat mendapatkan pemberian buah-buahan. Tangan yang terkepal, tak akan bisa menerima apa-apa. Tangan yang terkepal, membuat orang ketak...